A. Judul : KOEFISIEN
DISTRIBUSI IOD
B. Tujuan : 1.
Mengekstrak Iod ke dalam pelarut organik
2. Menghitung harga KD dari Iod
C. Kajian Teori
Jenis metode pemisahan
ada berbagai macam, diantaranya yang paling baik dan populer adalah ekstraksi
pelarut atas ekstraksi air
Ekstraksi pelarut
menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solut) di antara dua fasa cair yang
tidak saling bercampur, seperti benzen, karbon tetraklorida atau
kloroform, dengan batasan zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang
berbeda dalam kedua fase pelarut. Selain untuk kepentingan analisis kimia,
ekstraksi juga banyak digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan preparatif dalam
bidang kimia organik, biokimia dan anorganik di laboratorium. Alat yang
digunakan dapat berupa corong pemisah
(paling sederhana), alat ekstraksi Soxhlet, sampai yang paling rumit,
berupa alat “Counter Current Craig”. Teknik ekstraksi sangat berguna untuk
pemisahan secara cepat dan bersih baik untuk zat organik maupun zat anorganik.
Secara umum, ekstraksi adalah proses penarikan suatu zat terlarut dari
larutannya di dalam air oleh suatu pelarut lain yang tidak dapat bercampur
dengan air.Tujuan ekstraksi ialah memisahkan suatu komponen dari campurannya
dengan menggunakan pelarut
Menurut hukum distribusi Nernst, bila ke
dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur dimasukkan solut yang dapat larut
dalam kedua pelarut tersebut, maka akan terjadi pembagian kelarutan. Kedua
pelarut tersebut umumnya pelarut organik dan air. Dalam praktek solut akan
terdistribusi dengan sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut setelah dikocok
dan dibiarkan terpisah. Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua pelarut
tersebut tetap dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut
disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi, yang dinyatakan dengan
rumus:
=
atau
=
KD =
koefisien distribusi
C1 =
konsentrasi solute pada pelarut 1
C2 =
konsentrasi solute pada pelarut 2
Co =
konsentrasi solute pada pelarut organik
Ca = konsentrasi solute pada pelarut air
Dari rumus tersebut jika harga KD besar,solute secara
kuantitatif akan cenderung terdistribusi lebih banyak ke dalam pelarut
organikbegitu pula sebaliknya. Rumus tersebut hanya berlaku bila :
a.
Solute
tidak terionisasi dalam salah satu pelarut
b.
Solute
tidak berasosiasi dalam salah satu pelarut
c.
Zat
terlarut tidak dapar bereaksi dengan salah satu pelarut atau adanya reaksi-
reaksi lain.
Iod mampu larut dalam air dan juga dalam
kloroform. Akan tetapi, perbedaan kelarutannya dalam kedua pelarut tersebut
cukup besar. Dengan mengekstraksi larutan iod dalam air ke dalam kloroform,
menghitung konsentrasi awal dan sisa iod dalam air dengan cara titrasi, maka
dapat diperoleh konsentrasi iod dalam kedua pelarut tersebut, sehingga
koefisien distribusi KD iod dalam sistem kloroform-air dapat
ditentukan.
Angka
banding distribusi menyatakan perbandingan konsentrasi total zat terlarut dalam
pelarut organik (fasa organik) dan pelarut air (fasa air).Jika zat terlarut itu
adalah X maka rumus angka banding distribusi dapat ditulis :
Untuk keperluan analisis kimia angka
banding distribusi (D) akan lebih bermakna daripada koefisien distribusi (KD).
Pada kondisi ideal dan tidak terjadi asosiasi, disosiasi atau polimerisasi,
maka harga KD sama dengan D.
D. Alat dan Bahan
Alat
· Labu ukur 100 ml (1 buah)
· Gelas kimia 250 ml (1 buah)
· Erlenmeyer 250 ml (3 buah)
· Corong pisah (1 buah)
· Pipet gondok 10 ml (1 buah)
· Pipet tetes (5 buah )
·
Gelas
ukur 10 ml (1 buah)
·
Statif
dan klem (1 buah)
·
Buret (1
buah)
·
ball
pipet (1buah)
Bahan
Bahan
·
Aquades
·
Larutan
Iod 0,1 N
·
Kloroform
·
H2SO4
2 N
·
Larutan kanji 0,2 %
·
Na2S2O3
0,01 N
E. Rancangan Percobaan
· Langkah Kerja
1. Pembuatan
larutan iod
Dalam pembuatan larutan
iod diawali dengan mengambil 10 ml larutan Iod dengan pipet gondok dan
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. selanjutnya diisi dengan sedikit aquades
dan dikocok hingga kedua larutan bercampur. Kemudian ditambahkan aquades ± 1 cm di bawah batas
meniscus dan dikocok sampai rata. Langkah berikutnya adalah dengan menambahkan
aquades melalui pipet tetes sampai batas meniscus labu ukur.
2. Penentuan
konsentrasi iod awal
10 ml larutan iod yang
sudah diencerkan dimasukkan ke dalam 3 tabung Erlenmeyer @ 10 ml. kemudian pada
masing-masing Erlenmeyer ditambahkan 2 ml larutan H2SO4
2M dan 1ml larutan kanji 1M. kemudian dititrasi dengan larutan Na2S2O3
0,01N. dicatat volume Na2S2O3 yang diperoleh
untuk menghitung mmol dan konsentrasi dari iod awal
3. Penentuan
konsentrasi iod sisa
10 ml larutan iod yang
sudah diencerkan diambil dengan pipet gindok dan dimasukkan ke dalam corong
pisah. Ditambah dengan 1 ml kloroform dan dikocok hingga lapisan organic
terpisah dari lapisan air. Corong pisah diletakkan pada ring sehingga lapisan
organic mengendap dan membuka kran agar lapisan organic tertampung pada beaker
glass. Menambah 1 ml kloroform lagi dan mengulang langkah kerja nomor 3 hingga
total kloroform yang ditambahkan mencapai 5 ml. selanjutnya lapisan air dimasukkan
ke dalam Erlenmeyer dan ditambah dengan 2 ml H2SO4 2M dan 1 ml larutan kanji
1M. kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 0,01 N dan di catat volumenya. Percobaan
diulang 3 kali.
·
F.
Hasil
Pengamatan (Data)
No
|
PERLAKUAN
|
PENGAMATAN
|
|
SEBELUM
|
SESUDAH
|
||
1
|
Pembuatan larutan iod
1. 10
mL iodin diambil dengan pipet gondok dan dimasukkan dalam labu ukur
2. Ditambahkan
sedikit aquades.
3. Dikocok
sampai tercampur. Ditambahkan aquades ± 1 cm di bawah tanda meniscus lalu
mulut labu ukur ditutup dan dikocok sampai aquades dan iod tercampur
sempurna.
4. Ditambah
air sampai batas meniscus.
|
Larutan iod:
Merah kecoklatan (+++)
Aquades:
Jernih
tak berwarna
|
Larutan iod stelah pengenceran:
Merah kecoklatan
|
2
|
Menentukan konsentrasi iod awal
1. 10
mL I2 yang sudah diencerkan diambil dengan pipet gondok dan
dimasukkan kedalam 3 tabung Erlenmeyer @ 10 mL
2. Ditambah
2 mL larutan H2SO4 2 M
3. Ditambah
1 mL larutan kanji 2%
4. Dititrasi
dengan Na2S2O3 0,01N
5. Titrasi
Iod awal diulangi sampai 3 kali.
|
I2
setelah pengenceran:
merah
kecoklatan
H2SO4:
Jernih
tak berwarna
Larutan
kanji:
Jernih
tak berwarna
|
I2
standar + H2SO4 + kanji:
Hijau
kehitaman
I2
setelah dititrasi:
Jernih
V1
S2O32- =
14,5 mL
V2
S2O32- =
14,3 mL
V3
S2O32- =
14,4 mL
|
3
|
Menentukan konsentrasi iod sisa
1. 10
mL larutan iod yang sudah diencerkan dimasukkan ke dalam corong pisah
2. Ditambah
1 mL kloroform 5 kali
3. Setiap
1 penambahan 1 mL kloroform dikocok hingga terbentuk dua fase yaitu fase
organik berada di lapisan bawah dan fase air berada di lapisan atas
4. Corong
pisah dibuka hingga hanya tertinggal fase air
5. Fase
air dipindahkan ke Erlenmeyer
6. Ditambah
2 mL H2SO4 2 M dan 1 mL larutan kanji 2%
7. Dititrasi
dengan Na2SO4 0,01 N
8. Titrasi
diulangi 3 kali.
|
Kloroform :
Jernih
tak berwarna
|
I2 + kloroform:
Merah kecoklatan
Fase organik:
Ungu
Fase air:
Kuning (++)
I2 + H2SO4 +
kanji:
Hijau kehitaman
I2 setelah titrasi:
Jernih tak berwarna
V1 S2O32-
= 2,8 mL
V2 S2O32-
= 3,0 mL
V3 S2O32-
= 2,7 mL
|
G. Analisis dan Pembahasan
Analisis
Telah dilakukan percobaan yang bertujuan untuk mengekstrak iod
ke dalam pelarut organik dan menghitung harga KD dari iod. Langkah-langkah
percobaan terbagi menjadi 4 yaitu pembuatan larutan iod, menentukan konsentrasi
iod awal, mengekstrak iod dan menentukan konsentrasi iod sisa. Pembuatan
larutan iod diawali dengan cara memipet iod kemudian mengencerkannya dengan
aquades. Langkah berikutnya adalah menentukan konsentrasi iod awal dengan cara
menitrasinya dengan larutan Na2S2O3. 10 ml
larutan iod diambil dengan pipet gondok dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
Larutan tersebut ditambahkan dengan 2 ml H2SO4 2M. tujuannya adalah member
suasana asam. Selanjutnya ditambahkan dengan 1 ml larutan kanji 2%. Larutan kanji
berfungsi sebagai indicator. Setelah ditambahkan larutan kanji, warna larutan
berubah dari merah kecoklatan menjadi hijau kehitaman. Dari hasil titrasi
diketahui konsentrasi iod sebesar 0,0072 M.
Setelah diketahui konsentrasi iod awal, langkah selanjutnya
adalah mengekstraksi iod. Mula-mula merangkai alat yang terdiri dari corong
pisah dan statif. Larutan iod dimasukkan ke dalam corong pisah lalu ditambahkan
@1mL kloroform sebanyak 5 kali. Setiap penambahan 1 mL kloroform, penambahan
kloroform sebanyak 1 ml berturut-turut selama lima kali bertujuan agar harga KD
yang diperoleh nanti besar. Larutan dikocok sambil sesekali corong pisah
dibuka. Tujuan dari pembukaan corong pisah adalah untuk membuang gas yang
timbul. Gas yang timbul selama proses pengkocokan adalah uap kloroform. Larutan
terus dikocok sampai warna iod memudar. Warna iod yang pudar menandakan bahwa
telah terjadi proses ekstraksi larutan iod oleh kloroform (pelarut organik).
Langkah selanjutnya adalah memisahkan pelarut organik dari larutan iod. Pelarut
organik yang sudah tercampur iod warnanya berubah menjadi merah muda
selanjutnya disebut fase organik.
Larutan iod hasil ekstraksi (fase air) kemudian dititrasi
dengan Na2S2O3 untuk menentukan
konsentrasinya. Sebelum dititrasi larutan hasil ekstraksi juga ditambahkan
dengan 2 ml H2SO4 2M serta larutan kanji 1 ml 2% dengan
tujuan sama seperti yang telah disebutkan di atas. Dari hasil titrasi diketahui
konsentrasi larutan iod fase air sebesar 0,00142 mol.selanjutnya adalah
menghitung mol dari larutan dalam fase organik :
Setelah diperoleh mmol Iod awal kemudian menghitung
konsentrasi dalam fase organic. Dari hasil perhitungan diketahui konsentrasi
fase organik sebesar 0,01156 M. Sehingga harga KD bisa dihitung
menggunakan persamaan:
Setelah dimasukkan nilai fase organik 0,01156 M dan fase air
0,00142 M, maka diketahui harga KD iod 8,14.
H. Pembahasan
Dari hasil percobaan, ternyata diperoleh harga KD
tidak 10 melainkan 8,14. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor. Pertama,
dalam mengocok larutan pada corong pisah kurang benar sehingga hanya sedikit
kloroform yang terekstrak dan menyebabkan larutan fase air masih mengandung
kloroform sehingga diperoleh harga KD hanya 8,14. Kedua, setelah
ekstraksi, larutan iod tidak didiamkan sebentar tetapi langsung ditambahkan H2SO4
dan larutan kanji. Dengan demikian, warna larutan setelah ditambahkan larutan
kanji menjadi berwarna hijau kehitaman bukan berwarna biru dan berpengaruh pada
volume Na2S2O3 yang mengakibatkan harga KD
yang diperoleh kecil.
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan
koefisien distribusi iod yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:
1. Iod
telah terekstrak ke dalam pelarut organik ditandai dengan memudarnya warna
larutan iod.
2. Koefisien distribusi iod (KDI) yang diperoleh
berdasarkan hasil praktikum adalah 8,14
I.
Jawaban
Pertanyaan
1. Apa
perbedaan KD dan D?
Koefisien
Distribusi (KD) menyartakan perbandingan
konsentrasi zat terlarut dalam fase air dan fase organic saat tidak ada
interaksi antara zat terlarut dan pelarutnya. Sedangkan angka banding distribusi (D)adalah perbandingan konsentrasi zat
terlarut dalam fase air dan organic saat zat terlarut berinteraksi dengan
pelarutnya.
Secara matematis KD
dinyatakan dengan:
KD
=
untuk D dinyatakan
dengan :
D =
2. Bila
mana harga KD sama denagn D?
Pada kondisi ideal dan tidak terjadi asosiasi,
disosiasi atau polimerisasi, maka harga KD sama dengan D
3. Bagaimana
mencari harga hubungan antara KD dan untuk asam lemah HB? Asam lemah
HB yang mengalami dimerisasi dalam suatu pelarut organik?
Hubungan KD
dan D untuk asam lemah yang terdimerisasi dalam fasa organik, misalnya reaksi
dimerisasi asam lemah dalam fase organic
2 HB
HB2
HB
(fasa organik)
HB + H2O H3O+ + B – (fasa
air)
dapat dicari dengan:
……………………..(1)
……………………..(3)
Persamaan (1) disubstitusikan dalam
persamaan (3)
D=
………………………..(4)
Dengan mengeluarkan
dalam
pembagi, maka
D =
Merujuk ke persamaan (2), maka :
D
=
4. Bagaimana
mencari hubungan antara KD dan D untuk basa lemah yang terionisasi
dalam pelarut air dan tidak bereaksi dalam pelarut organik?
Hubungan
antara KD dan D untuk basa lemah jika mengalami ionisasi dalam
air HB + H2O
H3O-
+ B-
dapat dicari dengan melibatkan rumus-rumus
berikut ini:
D =
………………….(1)
KDHB =
……………………………………(2)
Ka
=
[B-]
= Ka
……….(3)
Subtitusi (3) ke (1)
D
=
Dengan mengeluarkan
dalam
pembagi, maka :
D =
Merujuk ke persamaan (2), maka :
D =
5. Buktikan
bahwa dengan ekstraksi berganda akan dihasilkan persen terekstrak lebih besar
dari pada satu kali ekstraksi ?
Ekstraksi ganda akan menghasilkan persen terekstrak lebih besar, hal itu dapat
dibuktikan melalui praktikum maupun perhitungan. Misalnya pada praktikum kali
ini, perbandingan antara penggunaan kloroform sekaligus 5 ml, dan penggunaan
kloroform dibagi menjadi 5=@ 1 ml kloroform. Perbandingannya, dapat diketahui
dari hitungan dengan menggunakan rumus
f aq=
n
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Utiyah,
dkk.2011. Panduan Praktikum Mata Kuliah Kimia Analitik II : Dasar-dasar Pemisahan
Kimia. Surabaya : Jurusan Kimia FMIPA UNESA.
Day,R.A,Underwood,A.L.2002.Analisis kimia kuantitatif. Jakarta:
Erlangga
Soebagio,
dkk. 2003. Kimia Analitik II.
Malang: Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Malang.
LAPMIRAN
PERHITUNGAN DAN
FOTO
PERHITUNGAN
1.
Pengenceran
larutan I2
2.
Titrasi I2 dengan
Na2S2O3 0,01 N (mmol I2 awal)
I2 + 2e à 2I
2S2O32- à S4O62-
+ 2e
I2 + 2S2O32- à 2I + S4O62-
2 mol S2O32-
melepaskan 2 elektron
1 mol S2O32-
melepaskan 1 elektron
M S2O32-
= 0,01 M
1 mol I2
∞ 2 mol S2O32-
Diketahui : V1 S2O32-
= 14,5 mL
V2 S2O32-
= 14,3 mL
V3 S2O32-
= 14,4 mL
M S2O32- = 0,01
M
Ditanya : mmol I2
mula-mula?
Jawab
1. TITRASI I
1 mol I2 ∞ 2 mol S2O32-
mek I2 = mek
S2O32-
mek I2 = 14,5 ml x 0,01
x 1 mek/ml
mek
I2 = 0,145 mek x 1 mmol / 2 mek
mek
I2 = 0,0725 mmol
2. TITRASI II
1 mol I2 ∞ 2 mol S2O32-
mek I2 = mek
S2O32-
mek I2 = 14,3 ml x 0,01
x 1 mek/ml
mek
I2 = 0,143 mek x 1 mmol / 2 mek
mek
I2 = 0,0715 mmol
3. TITRASI III
1 mol I2 ∞ 2 mol S2O32-
mek I2 = mek
S2O32-
mek I2 = 14,3 ml x 0,01
x 1 mek/ml
mek
I2 = 0,143 mek x 1 mmol / 2 mek
mek
I2 = 0,072 mmol
jadi mmol I2 mula-mula =
=
= 0,072 mmol
3.
Titrasi I2 dengan
Na2S2O3 0,01 N setelah ekstraksi (mmol I2
sisa)
1.
TITRASI I
1 mol I2 ∞ 2 mol S2O32-
mek I2 = mek
S2O32-
mek I2 = 2,8 ml x 0,01
x 1 mek/ml
mek
I2 = 0,028 mek x 1 mmol / 2 mek
mek
I2 = 0,014 mmol
2.
TITRASI II
1 mol I2 ∞ 2 mol S2O32-
mek I2 = mek
S2O32-
mek I2 = 3 ml x 0,01 x
1 mek/ml
mek
I2 = 0,03 mek x 1 mmol / 2 mek
mek
I2 = 0,015 mmol
3.
TITRASI III
1 mol I2 ∞ 2 mol S2O32-
mek I2 = mek
S2O32-
mek I2 = 2,7 ml x 0,01
x 1 mek/ml
mek
I2 = 0,027 mek x 1 mmol / 2 mek
mek
I2 = 0,0135 mmol
mmol I2 sisa =
=
= 0,0142 mmol
[
I2 ] dalam fase air =
= 0,00142 M
4.
Penentuan
konsentrasi fase organic
Mmol dalam fase organic
= mmol awal – mmol sisa
= 0,072 – 0,0142
= 0,0578 mmol
[ I2 ] dalam fase organik = 0,0578 mmol/ 5 ml
= 0,01156 M
5.
KD
Makasih ya blok nya ber mangfaat
BalasHapus