Kamis, 22 Desember 2011

I was bored with this condition

I was bored, annoyed, tired, want to be mad ..
that feeling  now exist in my mind
each to be here....WitH YOU..
I don't know, ... if I'm too touchy or too sensitive, or you were really annoying and not sensitive!!!


aarrrghh........whatever!!
hmm.....serasa bersama patung, bermuka datar dan nyebelin buanget !!

mau ngelucu..tp lawan bicara gak asik sama sekali..
mau ngajak curhat,.. pasti gak asik juga...

confused ... want to feel out from here ... at least not anymore togethers
I  lazy to see you...really really lazy...



Kamis, 27 Oktober 2011

pengen bertemu lagi..walau sebentar mengenang yang pernah ada...
 rasa itu memang pernah ada,..dan mungkin sampai hari ini..besok..atau selamanya..

untuk dia-yang-namanya gak-bisa-disebut


Minggu, 23 Oktober 2011

laporan organik aldehid dan keton


A.  Judul Percobaan                     :     REAKSI ALDEHID DAN KETON
B.  Hari, Tanggal Percobaan       : Selasa, 18 Oktober 2011
C.  Selesai Percobaan                   : Jumat, 21 Oktober 2011
D.  Tujuan Percobaan                  :    
1.    Memahami azas-azas reaksi dari senyawa karbonil
2.    Memahami reaksi antara aldehid dan keton
3.    Memahami jenis pengujian kimia sederhana yang dapt membedakan aldehida dan keton
E.  Dasar Teori
Aldehida dan keton merupakan senyawa yang mempunyai gugus karbonil. Aldehida mempunyai sedikitnya satu hidrogen yang terikat pada karbon karbonil, sedangkan ketontidak mempunyai hidrogen yang terikat pada karbon kabonil, hanya karbon yang mengandung gugus R (R adalah Alkil atau aromatik). Aldehid dan keton memiliki gugus fungsi karbonil (-C=O), yaitu atom karbon yang berikatan rangkap dua dengan oksigen. Pada keton, terdapat 2 atom karbon lain yang terikat pada gugus karbonil. Karbon yang terikat pada gugus karbonil dapat merupakan rantai alifatik (bukan merupakan bagian dari cincin aromatik) atau aromatik (merupakan bagian dari cincin aromatik).
Aldehid dan keton sama-sama mengalami reaksi yang disebut adisi nukleofilik. Sifat-sifat fisik aldehid dan keton, karena aldehid dan keton tidak mengandung hidrogen yang terikat pada oksigen, maka tidak dapat terjadi ikatan hidrogen seperti pada alkohol. Sebaliknya aldehid dan keton adalah polar dan dapat membentuk gaya tarik menarik elektrostatik yang relatif kuat antara molekulnya, bagian positif dari sebuah molekul akan tertarik pada bagian negatif dari yang lain.
Ada beberapa perbedaan antara aldehida dan keton pada sifat dan struktur yang mempengaruhinya, yaitu:
a. Aldehid sangat mudah dioksidasi, sedangkan keton sukar untuk beroksidasi.
b. Aldehid biasanya lebih reaktif dari keton, terhadap suatu reagen yang sama. Hal ini disebabkan karena atom karbonil dari aldehida kurang dilindungi dibandingkan keton.
c. Aldehida jika teroksidasi akan menghasilkan asam karboksilat dengan jumlah atom yang sama tetapi untuk keton tidak, dikarenakan pada keton sering mengalami pemutusan ikatan yang menghasilkan 2 ikatan asam karboksilat dengan jumlah atom karbon dari keton mula-mula (akibat putusnya ikatan karbon). Keton siklik menghasilkan asam karboksilat dengan jumlah atom karbon yang sama banyak. Jadi perbedaan kereaktifan antara aldehid dan keton dengan oksidator dapat digunakan untuk membedakan kedua senyawa tersebut.









Sifat-sifat kimia dari aldehida dan keton dengan menggunakan beberapa tes/uji yaitu :
1.    Oksidasi dengan KMnO4(oksidator kuat)
Aldehida dapat dioksidasi menjadi asam karboksilat dengan oksidator kuat sepertiKMnO4. Tes positif jika ion MnO4- (warna ungu) berubah menjadi endapan MnO2 (coklat).
5 R-CHO  + 2 KMnO4+ H2SO4 è 5 R-COOH  + MnO2+ H2O
Ungu                                                           coklat
2.    Tes Tollens
Aldehida dengan pereaksi tollens (oksidator lembut) dioksidasi menjadi asamkarboksilat, yang ditandai dengan terbentuknya endapan cermin perak.
R-CHO  + Ag2O è  R-COOH  +  Ag      Cermin perak
3.    Tes Benedict
Aldehida alifatik dioksidasi menjadi asam karboksilat dengan pereaksi benedict( kompleks ion Cu(II) sitrat dalam larutan basa). Ion Cu(II) direduksi menjadi Cu2O(endapan berwarna merah bata). Aldehida aromatik dan keton tidak bereaksi dengan pereaksi benedict.
R-CHO  +  2Cu2+ +  5 OH     Ã¨ R-COO- +  Cu2O  +   3 H2O
Biru                                                      merah bata
4.         Tes Fehling
Pereaksi Fehling merupakan kompleks ion Cu(II) tartrat dalam larutan asam. IonCu(II) direduksi menjadi ion Cu2O (endapan berwarna merah bata). 
R-CHO   +   Cu2+ è R-COO-+  Cu2O 
     Biru                                      merah bata
Persamaan untuk reaksi-reaksi ini selalu disederhanakan untuk menghindari keharusan menuliskan ion tartrat atau sitrat pada kompleks tembaga dalam rumus struktur. Persamaan setengah-reaksi untuk larutan Fehling dan larutan Benedict bisa dituliskan sebagai:
                                                                                                                          
Menggabungkan persamaan di atas dengan persamaan setengah reaksi untuk oksidasi aldehid pada kondisi basa yakni
akan menghasilkan persamaan lengkap:
1.    Tes Iodoform
Metil keton menghasilkan endapan kuning iodoform jika direaksikan dengan iodine dalam larutan NaOH.  

R-C-CH3+ 3 I2+ 4NaOH  èR-C-ONa  +   3 NaI  +  3  H2O + CHI3
Metil keton                                                                                               Iodoform kuning
Untuk pembahasan ini, diasumsikan bahwa pereaksi yang kita gunakan adalah larutan iodin dan natrium hidroksida. Tahap pertama melibatkan substitusi ketiga atom hidrogen dalam gugus metil dengan atom-atom iodin. Keberadaan ion-ion hidroksida cukup penting untuk berlangsungnya reaksi  ion-ion ini terlibat dalam mekanisme reaksi.
Pada tahap kedua, ikatan antara C I3 dan ikatan lainnya pada molekul terputus menghasilkan triiodometana (iodoform) dan garam dari sebuah asam.
Jika semua persamaan ini digabungkan, persamaan lengkap diperoleh sebagai berikut:
2.    Tes 2,4-dinitrilfenihidrazin (2,4-DNPH)
Semua senyawa aldehida dan keton menghasilkan endapan dengan pereaksi 2,4-dinitrofenilhidrazin. Reaksi ini umum digunakan untuk mengetahui adanya gugusaldehid dan keton. Warna endapan yang terbentuk bervariasi mulai dari kuning hinggamerah. Alkohol tidak memberikan hasil positif dengan tes ini. 
Reaksi yang lazim dari senyawa-senyawa karbonil adalah reaksi adisi kepada ikatan rangkap karbonil. Reagen biasanya adalah suatu nukleofil. Reaktivitas relatif aldehida dan keton dalam reaksi adisi sebagian dapat disebabkan oleh banyaknya muatan positif pada karbon karbonilnya, makin besar muatan itu akan makin reaktif. Bila muatan positif parsial ini tersebar ke seluruh molekul, maka senyawaan karbonil itu kurang reaktif dan lebih stabil. Gugus karbonil distabilkan oleh gugus alkil di dekatnya yang bersifat melepaskan elektron. Suaru keton dengan gugus R lebih stabil dibandingkan suatu aldehida yang hanya memiliki satu gugus R. Faktor sterik juga memainkan peranan dalam kereaktifan relatif aldehida dan keton.
Aldehid dan beberapa keton yang tidak mengandung gugus yang besar disekelilingi atom karbon karbonil bereaksi dengan larutan pekat natrium bisulfit menghasilkan adisi yang berwujud hablur berwarna putih. Hasil adisi ini bila bereaksi dengan asam akan membebaskan kembali senyawa karbonil dari campurannya dengan senyawa-senyawa lain.
+  HSO3Na+                                                

Pasangan elektron bebas pada atom nitrogen amoniak dan senyawa-senyawa lain yang sejenis menyebabkan senyawa-senyawa ini boleh bereaksi menghasilkan fenil hidrazon setelah hasil reaksi yang mula-mula terbentuk membebaskan satu mol air. Hasil ini sering kali berwujud hablur, sehingga ia dapat digunakan (melalui titik lelehnya) untuk mengenal aldehida dan keton. Reaksi yang sama dengan 2, 4-dinitro fenilhidrazin menghasilkan 2, 4-dinitro fenilhidrazon yang biasanya mempunyai titik leleh yang lebih tinggi.
 
                                                                    
Fenil hidrazon
1.    Kondensasi Aldol
Anion enolat ialah suatu nukleofil, maka ia dapat ditambah kepada gugus karbonil. Reaksi ini akan menghasilkan suatu ikatan karbon-karbon yang baru, sehingga sangat berguna di dalam sintesa. Bila aldehida direaksikan dengan larutan basa yang encer, ia akan berkondensasi sesamanya menghasilkan aldol, yang bila dipanaskan akan menyingkirkan air menghasilkan aldehida tak jenuh, yakni krotonaldehida.







Kedua molekul yang berkondensasi di dalam kondensasi aldol tidak perlu kedua-duanya mempunyai atom hidrogen alfa, mudah berkondensasi dengan benzaldehid yang tidak mempunyai atom hidrogen alfa karena benzaldehid sendiri tidak bisa menjalankan reaksi aldol.

D.  ALAT DAN BAHAN
1.    Alat
·      Tabung reaksi (20 buah)
·      Termometer (1 buah)
·      Erlenmeyer 50ml
·      Corong Hirsch
·      Corong Buchner
·      Kertas saring

·         Bunsen
·         Labu dasar bulat 50ml
·         Pengdingin refluks
·         Mealting point
·         Kompor listrik


2.      Bahan
·      Asetaldehid
·      Sikloheksanon
·      N-heptaldehid
·      2-pentanon
·      Formalin
·      Isopropil alcohol
·      Etanol
·      Reagent benedict (atau reagen fehling)
·      Larutan 10% NaOH
·      Larutan 5% NaOH

·         Larutan perak nitrat 5%
·         Larutan 2% ammonium hidroksida
·         Larutan jenih natrium bisulfit
·         Asam klorida
·         Reagen fenilhidrasin
·         Hidroksamon hidroklorida
·         Natrium asetat trihidrat
·         Larutan iodium
·         Es
·         Pipa kapiler titik leleh


E.  LANGKAH KERJA
1.      Uji Tollens
Mencuci  satu tabung reaksi dengan sabun dan sikat, dan cuci dengan air suling. Memasukkan 2ml larutan 5% perak nitrat kemudian menambahkan 2 tetes larutan 5% natrium hidroksida dan campur dengan baik. Kemudian menambahkan tetes demi tetes sambil dikocok larutan 2% amonium hidroksida hanya secukupnya untuk melarutkan endapan.
Menyiapkan empat tabung reaksi  yang berisi reagen tollens. Kemudiam menguji benzaldehid, aseton, sikloheksanon, dan formalin 2 tetes ke satu tabung 1 senyawa. Kemudian dikocok beberapa menit. Jika tidak bereaksi dipanaskan (35-50)oC selama 5 menit. Selanjutnya melakukan pengamatan.
  1. Uji Fehling dan Benedict
            Menyiapka 4 tabung reaksi kemudian masing-masing ditambahkan 5 mL reagen benedict atau 5 ml reagen Fehling yang baru dibuat . masing-masing tabung reaksi menambahkan beberapa tetes bahan yaitu formaldehid, n-heptaldehid, aseton dan sikloheksanon. Kemudian 4 tabung dimasukkan kedalam air mendidih kemudian mengamati periubahannya setelah 10-15 menit.
  1. Adisi bisulfit
            Memasukkan 5 ml larutan jenuh natrium bisulfit ke dalam erlenmeyer 50 mL  dan mendinginkan larutan didalam air es. Kemudian menambahkan 2,5 mL aseton tetes demi setetes sambil dikocok.  Setelah 5 menit menambahkan 10 ml etanol untuk memulai penghabluran. Kemudian disaring kemudian di tetesi HCl dan diamati apa yang terjadi.
4.      Pengujian dengan Fenilhidrasin
Memasukkan 5 ml fenil hidrasil kedalam 2 tabung reaksi kemudian menambahkan 10 tetes pada tabung pertama benzal dehid pada tabung ke-2sikloheksanon. Kemudian menutup dengan goncangan dengan kuat selama 1-2 menit hingga menghablur. Selanjutnya menyaring fenil hidrazon yang menghablur dengan sedikit air dingin.dan menghablurkan kembali dengan sedikit metanol atau etanol dan di diaman hingga keering. Kemudian mengukur titik lelehnya
5.      Reaksi Haloform
Memasukkan 5 tetes aseton ke dalam 3 ml larutan 5% natrium hidroksida, kemudian menambahkan larutan iodium sambil menggoncangnya sampai warna iodium tidak hilang lagi. Kemudian menunggu iodoform yang berwarna kuning  mengendap dan mencium bau dan mencatat baunya.
6.      Kondensasi Aldol
Mereaksikan 4 ml larutan 1% NaOH dengan 0,5 ml asetaldehid. Kemudian memasukkan ke dala ttabung reaksi, menggoncang dengan baik
dicatat baunya (dari asetaldehid yang tidak bereaksi). Kemudian mendidihkan campuran selama 3 menit dan dicatat baunya.
F.  ANALISIS DATA
1.    Uji Tollens
Percobaan pertama dilakukan untuk membedakan aldehida dan keton, yakni reaksi dengan reagen Tollens. Untuk membuat reagen Tollens, 2 mL AgNO3 5% ditambah dengan 2 tetes NaOH 5%, hasilnya larutan menjadi keruh dan ada endapan cokelat. Reaksinya adalah:
AgNO3 + NaOH à AgOH↓ + NaNO3
Kemudian ditambahkan NH4OH 2% sampai semua endapan larut.Setelah 60 tetes NH4OH dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Reaksinya adalah:
AgOH  +  NH4OHà Ag2O + NH3 + 2 H2O
Larutan yang dihasilkan tersebut adalah reagen Tollens berupa ion perak beramoniak yang digunakan untuk membedakan aldehid dan keton. Larutan yang diuji dengan reagen ini adalah benzaldehida, aseton, sikloheksanon, dan formalin.
Benzaldehida merupakan larutan yang pada awalnya tidak berwarna, kemudian setelah ditambahkan reagen Tollens terbentuk endapan cokelat, dan setelah dipanaskan, terbentuk cermin perak pada dasar tabung reaksi. Reaksi yang terjadi antara benzaldehida dan reagen Tollens adalah:
+Ag2Oà  + Ag↓
Aseton merupakan larutan yang pada awalnya tidak berwarna, kemudian setelah ditambahkan reagen Tollens larutan tetap tidak berwarna, dan setelah dipanaskan tetap tidak terjadi perubahan dengan larutan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi reaksi antara aseton dan reagen Tollens.
Sikloheksanon merupakan larutan yang pada awalnya tidak berwarna, seperti halnya pada aseton setelah ditambahkan reagen Tollens larutan tetap tidak berwarna, dan setelah dipanaskan tetap tidak terjadi perubahan dengan larutan tersebut. Hal ini menunjukkan juga tidak terjadi reaksi antara sikloheksanon dan reagen Tollens.
Formalin merupakan larutan yang pada awalnya tidak berwarna, kemudian setelah ditambahkan reagen Tollens terbentuk cermin perak pada dasar tabung reaksi tanpa memerlukan pemanasan. Reaksi yang terjadi antara formalin dan reagen Tollens adalah:
 + Ag2O à  + Ag↓
Hasil percobaan dari keempat larutan tersebut menunjukkan bahwa aldehid lebih mudah bereaksi daripada keton dengan reagen yang sama. Hal ini karena gugus karbonil pada aldehid terletak pada ujung rantai, berbeda dengan keton yang gugus karbonilnya terletak di tengah, sehingga gugus karbonil pada aldehid kurang terlindungi daripada keton. Itulah yang menyebabkan aldehid lebih dapat bereaksi dengan reagenTollens, sedangkan keton tidak.
Aldehid dioksidasi oleh reagen Tollens membentuk asam karboksilat, dan reagen Tollens direduksi menjadi logam perak yang mengendap sebagai cermin perak di dasar tabung reaksi.

2. Uji Fehling dan Benedict
Pada percobaan 2 bertujuan untuk mengetahui reaksi pada aldehid dan keton dengan direaksikan dengana bnedict dan larutan fehling (A+B). Larutan yang akan di uji dengan benedict dan fehling adalah formaldehid, aseton dan sikloheksanon, sedangkan n-heptaldehid tidak dilakukan karena bahan tidak tersedia di laboratorium.
   Langkah pertama  yang dilakukan adalah menyiapkan 3 buah tabung reaksi masing-masing diisi 5 ml benedict berwarna biru kehijauan, kemudian pada masing-masing tabung ditambahkan formaldehid, aseton dan sikloheksanon. Kemudian ditempatkan dalam penangas air yang bertujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi. Hasil yang diperolaeh adalah formaldehid bereaksi dengan benedict membentuk asam karboksilat dan terdapat endapan CuO berwarna merah bata, sedangkan pada aseto dan sikloheksanon tidak terjadi perubahan/ reaksi hal ini dikarenakan Reagen benedict mengandung ion Cu2+ yang bersifat oksidator lemah, ion tersebut dapat mengoksidasi gugus aldehid saja tetapi tidak dapat mengoksidasi gugus keton seperti halnya reagen Tollens.
Kemudian pada langkah kedua yaitu pengujian reaksi formaldehid, aseton dan sikloheksanon dengan reagen fehling berwarna biru tua, hasilnya sama seperti pada pengujian dengan reagen benedict, karena reagen benedict dan fehling sama-sama mengandung ion Cu2+ yang bersifat oksidator lemah, ion tersebut dapat mengoksidasi gugus aldehid saja tetapi tidak dapat mengoksidasi gugus keton.

3.    Adisi Bisulfit
            Pada percobaan ini bertujuan reaksi adisi aseton dengan natrium bisulfit. Pada reaksi ini reagen bisulfit merupakan nukleofil. Aseton tidak mengandung gugus yang besar artinya rintangan steriknya kecil sehingga reaksi adisi bisulfit dapat berlangsung. Adisi tersebut dapat di indikasi dari bereaksiya aseton dengan larutan natrium bisulfit membentuk hablur yaitu 1-natriumsulfit-2-pentanol yang berwarna putih. Selain itu reaksi-ini dapat berlangsung karena ikatan-ikatan rangkap karbon-karbon yang menyendiri bersifat non-polar. Dan nukleofil tersebut menyerang ikatan –pi sehingga ikatan-pi dapat terputus dan terbentuk ikatan tunggal dengan nukleofil. Reaksinya sebagai berikut:
Kemudian setelah ditetesi dengan HCl ternyata aseton kembali terbentuk. Maka dapat disimpulkan bahwa reaksi ini dapat berjalan reversibel dan rekasi ini biasanya digunakan untuk memisahkan senyawa karbonil dari campurannya.
4.    Pengujian dengan Fenilhidrasin
            Pada reaksi ini tujuannya adalah mengidentifikasi senyawa aldehida dan keton. Pada reaksi ini membuktikan bahwa benzaldehid dapat bereaksi dengan fenil hidrasil yang menghasilkan fenildrazonbenzena. Hal tersebut dapat terjadi karena pasangan bebas elektron pada atom fenilhidrasil menebabkansenyawa-senyawa ini bereaksi membentuk fenil hidrason yang mula-mula membebaskan 1 mol air. Hasil dari reaksi ini adalah berupa hablur. Dimana hablur ini nantinya dapat mengidentifikasi senyawa benzaldehid. Reaksinya adalah sebagai berikut:
Dengan mengukur titik didihnya didapat angka 130oC. Angka ini menunjukkan bahwa senyawa yang diuji adalah senyawa aldehid yaitu benzaldehid. Jika dibandingkan dengan keton benzaldehid lebih tinggi titik lelehnya dibandingkan keton. Hal ini dikarenakan pada aldehid terdapat ikatan hidrogen antar molekul sehingga mengakibatkan ikatan nya kuat sehingga titik lelehnya tinggi.
            Sedangkan sikloheksanon juga dapat di identifikasi dengan direaksikan dengan fenilhidrazin. Hal tersebut dapat terjadi karena pasangan bebas elektron pada atom fenilhidrasil menebabkansenyawa-senyawa ini bereaksi membentuk fenil hidrason yang mula-mula membebaskan 1 mol air. Hasil dari reaksi ini adalah berupa hablur. Dimana hablur ini nantinya dapat mengidentifikasi senyawa keton. Reaksinya adalah sebagai berikut:
Dengan mengukur titik didihnya didapat angka 80oC. Angka ini menunjukkan bahwa senyawa yang diuji adalah senyawa keton yaitu sikloheksanon. Jika dibandingkan dengan benzaldehid, sukloheksanon lebih rendah titik lelehnya dibandingkan benzaldehid. Hal ini dikarenakan pada keton tidak terdapat ikatan hidrogen antar molekul sehingga mengakibatkan ikatannya lemah sehingga titik lelehnya rendah.

5.    Reaksi Haloform
3 mL 5% NaOH tidak berwarna dalam tabung reaksi ditambahkan lima tetes aseton tidak berwarna terbentuk larutan tidak berwarna kemudian menambahkan larutan iodium terbentuk larutan kuning keruh ada endapan berwarna kuning. Reaksi yang terjadi + I2 + 3NaOH à + 3H2O +3NaI.

3 mL 5% NaOH tidak berwarna dalam tabung reaksi ditambahkan lima tetes isopropil alkohol tidak berwarna terbentuk larutan tidak berwarna kemudian menambahkan larutan iodium terbentuk larutan kuning keruh ada endapan berwarna kuning. Reaksi yang terjadi
        +    CHI3
Atom hidrogen yang terikat pada atom karbon alfa dari aldehida dan keton mudah diganti oleh halogen di dalam larutan basa. Reaksi ini, didasarkan pada reaksi yang cepat antara ion enolat dengan halogen. Oleh karena pengaruh tarikan elektron dari halogen, maka atom hidrogen yang masih ada pada karbon alfa akan lebih asam, dan semakin mudah tertukar oleh halogen. Oleh karena itu, gugus metil yang terikat pada atom karbonil mudah sekali diubah menjadi senyawa trihalometil oleh halogen dan basa.senyawa trihalo yang dihasilkan ini mudah sekali diuraikan oleh basa menghasilkan haloform. Endapan kuning yang menghablur dan berbau obat dikarenakan reagen dalam reaksi ini adalah suatu oksidator, maka suatu alkohol yang mengandung suatu gugus -CH(OH)-CH3sehingga akan menghasilkan pengujian yang positif.
6.    Kondensasi Aldol
Percobaan tujuh dilakukan bertujuan untuk membuat aldol,  percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 4 mL larutan 1% NaOH dan 0,5 mL asetaldehid kedalam tabung reaksi dimana NaOH merupakan larutan tidak berwarna dan asetaldehid juga larutan tidak berwarna.  Setelah kedua campuran bercampur Setelah menghasilkan bau balon tengik  yaitu bau dari asetaldehid yang tidak bereaksi. Kemudian mendidihkan campuran larutan selama ±3 menit, kemudian dihasilkan bau yang semakn tengik dari larutan. Setelah pemanasan maka terjadi penyingkiran air sehingga menghasilkan aldehida tak jenuh hasil kondensasi aldol yaitu krotonaldehid dengan persamaan reaksi :
G.  KESIMPULAN
·         Aldehid bereaksi dengan reagen Tollens membentuk Asan karboksilat dan menghasilkan cermin perak
·         Keton tidak bereaksi dengan Tollens sehingga tidak menghasilkan cermin perak
·         Benzaldehid dan formalin berekasi dengan reagen Tollens menghasilkan cermin perak
·         Formaldehid (aldehida) bereaksi denagn reagen Fehling dan Benedict membentuk endapan merah bata Cu2O
·         Aseton dan sikloheksanon (keton) tidak bereaksi dengan benedict
·         Formaldehid (Aldehida) bereaksi dengan fehling membentuk endapan merah bata
·         Aseton tidak bereaksi dengan fehling
·         Sikloheksanon tidak bereaksi dengan fehling
·         Aseton yang direaksikan dengan NaHSO3 akan mengadisi aseton dan membentuk larutan yang sama dengan larutan sebelumnya dan membentuk hablur saat ditambah etanol. Hablur yang ditetesi HCl pekat menjadi larut
·         Titik leleh benzaldehida 130OC
·         Titk leleh sikloheksanon: 80OC
·         Gugus metil yang terikat pada atom karbon karbonil diubah menjadi senyawa trihalometil oleh halogen dan basa. Senyawa trihalometri mudah diuraikan oleh basa menghasilkan haloform.
·         Setelah asetaldehid direksikan dengan larutan 1% NaOH maka berkondensasi menghasilkan aldol dan setelah pemanasan akar menyingkirkan air sehingga menghasilkan aldehida tak jenuh

H.  JAWABAN PERTANYAAN
1.    Persamaan reaksi:
a.    Reaksi Tollens dengan formaldehida
 + Ag2O à  + Ag↓

b.    Reaksi Fehling dengan heptaldehida
+2CuO à + Cu2O
c.    Pembuatan senyawa adisi Aseton bisulfit
d.   Pembuatan Benzaldehid fenilhidrazon




e.    Pengujian Iodoform terhadap 2-pentanon
+ I2 + 3NaOH à + 3H2O +3NaI.

2.    Reaksi kondensasi aseton dengan benzaldehida
3.    Uji iodoform dapat digunakan untuk membedakan antara metanol dan etanol
·           Pengujian  iodoform  dapat digunakan untuk membedakan antara metanol dan  etanol karena uji idoform memberikan hasil yang berbeda yaitu pada etanol menghasilkan larutan dan endapan warna kuning. Hal ini membuktikan bahwa alkohol primer yang dapat diji dengan iodoform adalah etanol.
·           Pengujian  iodoform  dapat digunakan untuk isopropil alkohol dengan n-butil alkohol. Karena keduanya tidak beraksi dengan iodoform. Isopropil alkohol merupakan alkohol tersier yang tidak beraksi dengan alkohol. Sedangkan pada n-butil alkohol merupakan alkohol primer tetapi  alkohol primer yang yang dapat diji dengan iodoform hanya etanol.

  1. Penggunaan yang praktis dari reaksi Tollens sapat dilakukan dengan cara menambahkan beberapa tetes pereaksi Tollens kedalam zat yang akan diuji sampai terbentuk cermin perak, apabila terjadi reaksi maka dilakukan pemanasan.
  2. Dibedakan dengan:
a.              2-pentanon dan 3-pentanon
       Dengan menggunakan reaksi haloform dapat membedakan 2-pentanon dan 3-pentanon. Reaksi pada 2-pentanon reaksinya lebih lama dibandingkan  3-pentanon karena memilki kereaktifan yang rendah dan reaksi haloform dapat menunjukkan adanya metil keton
b.             3-pentanon dan pentanol
          Dapat dibedakan dengan menggunakan cara haloform. Sebab pentanol akan menunjukkan hasil pengujian yang positif dengan reagen tersebut.
c.              Benzaldehida dan asetofenin
          Dapat dibedakan dengan menggunakan kondensasi aldol  karena benzaldehid tidak bisa menjalankan reaksi aldol
6.    Persamaan reaksi bisulfit dengan HCl
7.      Pada percobaan ini kami hanya melakukan pengujian dengan fenilhidrazin dan didapatkan titik leleh sebagai berikut:
-          Benzaldehid : 130 °C
-          Sikloheksanon : 80°C
Namun berdasarkan teori turunan dari  2,4-dinitrofenilhidrazon memiliki titik leleh lebih tinggi daripada turunan dari fenilhidrazin.
8.      Peranan Natrium asetat dalampembuatan oksim adalah Untuk membebaskan basa dari garam-garamnya.
I.    DAFTAR PUSTAKA
Fesenden, J Ralp, dan Joan s. Fessenden. 2006. Kimia Organik Jilid1. Terjemahan Aloysius Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: Penerbit Erlangga
Syarief, Sri Hidayati, dkk. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Surabaya : Unesa Press
Syabatini. 2009. Aldehid dan Keton (Online).http://annisanfushie.wordpress.com. diakses tanggal 22 Oktober 2011
Reskasari, Revi. 2011. Kimia Organik Aldehid keton (Online). http://rvreskisari.blogspot.com. Diakses tanggal 22 Oktober 2011



J. LAMPIRAN FOTO
 
hasil reaksi dengan reagen Tollen



hasil pengujian dengan fehling 


 
hablur benzakdehid(kiri), sikloheksanon (kanan) 
baca selengkapnya di  http://www.ziddu.com/download/19215205/laporanaldehidketon.doc.html


Semoga Bermanfaat !!